BLOG SOBAT...Siapa lagi mari gabung....

Minggu, 25 Januari 2009

HANTARKAN AKU KE SANA….




Gejolak yang membuncah memenuhi dada ini…
Bersama asa yang rindu mendalam…
Dari hamba yang berlumur dosa dan kealpaan…
Berharap dapat bersua dengan-Mu…
Wahai Rabbul`alamiin…

Dengan taubat ku berharap…
Kuatkan jiwa ini mendatanginya…
Kokohkan langkah kaki ini menempuhnya…
Azzamkan niat ini dalam mencapainya…
Ikhlaskan hati ini menjalaninya…

Aku rindu…aku rindu…aku rindu…
Rindu berjumpa dengan-Mu dalam SYAHADAH…
Rindu bersua dengan-Mu dalam IMAN…
Rindu bersama-Mu dalam TAUHID…
Rindu indahnya hidup dalam naungan ridha-Mu…
Syari`at ISLAM…Daulah ISLAM…Khilafah ISLAM

Duhai Alloh yang tiada sekutu bagi-Mu…
Hantarkanlah kerinduanku ini…
Mudahkanlah…
Lapangkanlah…
Tuk raih cita-cita…
KEMULIAAN HIDUP DALAM ISLAM, ATAU
KESYAHIDAN DALAM PERJUANGAN

Aku berharap termasuk yang Kau hantarkan….
Ridhai dan kabulkanlah…
Amien ya Alloh, ya Rabbal`alamiin…

http://www.arrahmah.com/forum/viewthread/5/








Minggu, 18 Januari 2009

Jerusalem


Kurnia Efendi

Kami selalu berbondong dalam kubah rasa takut, juga

cemeti yang rajin melecut, berjalan lurus menuju plaza

tanah perjanjian itu. Kami selalu memaklumi diri sebagai

prajurit dengan pemimpin sebayang impian untuk sampai

pada Jalan Keselamatan, Darussalam yang tak pernah diketahui

titik bujur dan lintangnya dalam perjalanan hidup kami.

Kami selalu menjadi hikayat sebelum dilahirkan, dan tak

terbaca lagi nama kami setelah kematian. Kami adalah sebuah

garis takdir yang beredar pada orbit di luar peradaban, bermandi

debu dan darah, bermain peluru dan granat, yang kisahnya

senantiasa dibaca penuh hikmat oleh hampir seluruh umat,

dielu-elukan dalam puisi yang gemetar, meski mereka hanya

melihat secara samar-samar



Mungkin di jejak pendahulu kami ini ada sisa sujud untuk

diteruskan.



Perjalanan tak putus pandangan adalah shaf-shaf gaib yang

gema suara imamnya terlampau lirih untuk dicatat

pada buku perdamaian. Mereka belum sempat mendengar jelas

untuk menuliskan maklumat, terburu tinta itu kesat



Kota itu, entah apa namanya, telah mengubur dirinya

dalam timbunan jenazah kami




Selasa, 13 Januari 2009

Ingatkan Daku ....


Al Hasan Abul Ulahiyah menulis :

Jika dipikkir, amat mengherankan manusia
Merinci hitungan diri serta membuka mata

Meneladani pengalaman dunia selain mereka
Karena dunia suatu lintasannya

Hanya takwa landasannya, bukan kesombongannya
Di masyhar kelak mereka dikumpulkan

Tersadari bahwa takwa yang dirasakan
Bekal mereka pertama dan kebajikan

Betapa mengerankan orang yang congkak
Tiada terpikir esok ke liang lahat

Tiada bertanya dari nutfah dia dia dicipta
Kesombongan menjadi bangkai yang dilupa

Dihadapkan pada keadaan hampa
Tiada mungkin mengharapkan perpanjangan massa

Berpindah segala urusan dari tangannya
Seluruh peruntungan nasib takdir Mahaesa

Kamis, 08 Januari 2009

Palestina Bersimbah Darah



Perang...perang lagi
Anak-anak orang tua dan wanita tak berdosa menjadi kurbannya
Laskar-laskar biadab membantaimu dengan semena-mena
Entah mengapa ummat Islam tidak mau bersatu
Sebagaian membisu dan tidak mau membantu bahkan hanya berpangku ragu
Tidakkah engkau merasa malu
Inginkan kemenangan tanpa perhitungan
Namun tetap saja engkau berjalan di atas jalan yang berliku
Adakah nurani yang tinggal di dadamu
Begitu banyak penderitaan saudaramu tanpa dirimu menyatu
Engkau tetap saja berpikir kaku
Rapuhlah sudah kebersamaanmu selama ini
Sepertinya tidak ada lagi harga ummat manusia sekarang ini
Imperialisme, kapitalisme, dan sosialisme menjadi dasar dan solusi
Melupakan segala bentuk aturan Ilahi
Bagimu, hanya akal yang bisa engkau andalkan
Anak-anak, orang tua dan wanita tak berdosa tetap menjadi kurbannya
Hanya engkau saudaraku harapan mereka
Dari segala bentuk bantuan yang engkau miliki
Ajaklah semua nurani yang masih tertinggal
Raih kemenangan kembali bumi Palestina,selamatkan mereka
Angkat senjata dan bersatu dalam sistem khilafah
Hanya itulah solusi yang bisa diharapkan, hingga Palestina tak lagi bersimbah darah...

Rabu, 07 Januari 2009

Eward dari Mas Attayaya



Bersama indahnya pagi
Dan datangnya Mentari
Mengingatkan kebebasanku
dari sesuatu yang menjijikkan
sebuah kepompong biru

Tak mau orang memegangku
Bahkan melihatkupun dengan sambil lalu
Mencibir, mengomentari dan memaksaku untuk segera lenyap
Tapi aku tetap sabar menanti




Tibalah saatnya kebebasanku
Dari sang pemberi Waktu
Menyuruhku keluar dengan rasa malu
Dan berjuang melebarkan sayap-sayap layu

Kini aku telah berubah
Dari sesuatu yang ragu
Menjadi bersemangat engkau terhadapku
Bahkan mengejarku dan ingin mengambilku

Terima kasih tuhan
Aku indah kembali dan
Bebas menempuh sang waktu
Memenuhi takdirMu

Aku menjadi Eward
Untuk semua orang
Dan menjadikan senyum sapa
Siapa yang ingin melihatku

Bersama datangnya tahun yang Baru
Tak kan ku lupa pemberianmu
Hingga engkau bagikan kepada siapapun
dan Terima kasihku selalu ... untuk semua



toko buku on line


Masukkan Code ini K1-DB33C3-A
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
Powered By Blogger

Banner