BLOG SOBAT...Siapa lagi mari gabung....

Sabtu, 17 Oktober 2020

Bawalah aku dalam mimpimu

Bawalah aku dalam mimpimu
Karya Akika Puyunghai 


Senyumku getir
tergerai kerikil 
tajam  menggores telapak  kakiku yang lelah mengembara

tersungkur aku penuh peluh 
bayangmu kandas di hatiku 
tergerai  bayu yang bertiup sendu
sisakan getir 
berpeluk di antara semak rimbun rindu 

Lorong palung hatiku meronta
asaku kandas
Rapuh.. 
tiada tersisa

Air mataku lelah
menanti  jejak rindu
Yang tak henti mengembara
Enggan menyapa 
menyiksa hati 
Membelenggu jiwa

Harapku 
singgahlah engkau sejenak dimimpiku
Sambutlah aku 
Raihlah aku dalam 
Kepalan  tanganmu
Mengikuti desir bayu
Melintasi belukar mimpi
Diantara cinta yang semu

Oh mimpi ....
Bawalah aku berlalu
Kemana saja kau mau

Depok
17 Oktober 2020

tanda

Mama aku ingin pulang

Mama aku ingin pulang
Karya Rachmat Priyanto 

Andai pelangi tak nampak
Mungkinkah hujan akan berhenti 
Andai  rembulan tak bersinar
Mungkinkah dapat ku temui bintang di hening malam ini

Aku terlanjur menanam rasa
melarung  rindu di telaga  dusta 
Hingga mata air itu  mengering
Berhenti mengalir 
merintih menahan dahaga

Kala untaian  aksara menjerit  
Memelas penuh kelu
Masih sudikah  bulan purnama itu tersenyum
Menghadirkan kelembutan
menawarkan ketenangan
Tuk sejenak larutkan resah 

Sekeping hati memerah
Terhujam semilu 
Menakar rasa dalam neraca derita

Terseok aku
Menyusuri jejak berbatu
Terjal
Hingga ku terjatuh
Luruh
Remuk redam
Terhempas angin
Ku tak kuasa lagi

Berpaut peluh
dibawah pijar mentari berteman sunyi
dalam  bayang bayang  diri

Di atas jejak penuh duri 
Ku tapaki jejak misteri 
Setapak demi setapak  menuntun perih 

Mamah 
Begitu berat langkah ini
Begitu terjal cobaan hidup ini

Aku lemah 
Aku tak sanggup lagi.

Mamah 
Aku ingin pulang 

Depok
14 Oktober 2020
tanda

Syair sendu di pertengahan malam

Syair sendu di pertengahan malam
Karya Rachmat PRiyanto 

Lolong serigala  memecah kesepian 

Melolong
berdendang pilu
tentang pahitnya kenyataan.

Diantara rimbun belukar 
Tersembunyi luka 
Mengharapkan desir  angin malam
mengurai pilu dan derita 

Darai ranting bambu bergetar seakan  hendak bicara
Namun tiada sepatah  katapun yang terucap 
Kecuali hanya sekedip  tatapan mata 
seolah enggan bercerita 

Sang kunang malam terkesima
Berpeluh resah 
Menahan badai gelisah 
menangisi redup kepakan sayap di lengannya 
Seperti redupnya sinar sang rembulan yang menatap sendu  dari kejauhan 

Coretan puisiku di tengah  malam buta
Menguak resah  membangkitkan gelisah 
Mengungkap lara hati yang  tak terungkap

aksara yang ku torehkan di tengah malam buta 
Menorehkan diksi di rimbunan  semak kata
Menorehkan tinta  dalam  goresan luka
Merintih rindu pada helai  bait aksara
mengkhayalkan indahnya cinta pada pahatan syairnya 

Syair di tengah malam buta
Melukiskan kenangan 
Yang tak mungkin terlukiskan 

Depok
12 Oktober 2020
tanda

Penantian rinduku di tepi pantai

Penantian rinduku di tepi pantai 
Karya Rachmat Priyanto 


Gemuruh gelombang 
Desiran angin 
Nyanyian burung 
Lembayung pelangi 

Terpanaku mematung 
Melepas pandang mata
 jauh 
sejauh jauhnya 
Merindu 
Yang pernah ku cinta 
Yang jauh di sana 

pasir putih terhampar 
Menjadi saksi 
Setiaku
Cintaku 
Harapanku
Impianku
Kecewaku 
Lukaku

Aku Jenuh
Aku Lelah
Sepi mencekap kalbu
Sunyi mengepung peluh 
Suara alam mendesah 
Batinku resah

Merindukan  hadirnya dirimu 
Membawa  senyum
Menggelorakan rindu
Membiusku  dalam kehampaan
Sepi
Tak kuasa sendiri 

Wahai angin pantai 
Hembuskalah rinduku padanya
hembuskan nafasku tuk dia

Oh burung camar nyanyikanlah melodi  indah
Tentang rinduku pada dia
yang jauh di seberang laut sana

hatiku merindu
Tertunduk sedih
Ku rindu menangis di bahunya
Merindu hadirnya
Memandang lepas pantai  
Bersama engkau yang pernah  ku cinta 
selamanya...

Oh angin pantai
Sampaikan salam rinduku padanya
Katakan
Aku masih mencintainya 


Depok.
14 Oktober 2020
tanda

Desau Senja

Desau  senja 
Karya Rachmat Priyanto 

Ketika lembayung senja memecah kehampaan  

Tetesan rinai hujan  di puncak pelangi
menetes  tangis di sela ranting  dedaunan 
 
desau angin marah  menerpa 
seakan memaksa pelangi untuk mengakhiri  tahta singgasana

Sepi ini  membuat rasaku mati 
menumpuk sesak jejak di sela lorong hati 
Berseteru dengan mimpi dan  ilusi 

Namun semua rasa yang ku indrai
Terhempas pusaran  asa yang tak lagi berarti

waktu telah lelah mengembara
Entah  kapan lagi  akan kembali  bersua
untuk menapaki jejak 
Cinta 
di lirih  tatapan mataku  yang  hampa 

Apakah ku titipkan saja  resahku pada desau angin di  puncak  pohon cemara ?

Ketika  benak cinta yang tersisa di kebiri oleh ego gila
saat alibi cinta itu 
terhempas lepas 
di ujung senja  yang memerah tangis 

senja itu 
menjadi tempat  yang abadi untuk mengenang rinduku yang hilang.

Kegelapan yang akan menyapa 
Akankah membunuh selaksa asa ?

Atau

Apakah air mata itu kan  datang kembali
untuk menyakitiku lagi ??

 Depok
12 Oktober 2020


tanda


Jumat, 10 April 2020

Rinduku Pada Sekolah

Pak….Mak….aku merasa sepi
Entah mengapa, meski tugas begitu banyak
Namun rasa ini tak bisa dipungkiri
Dari hari kehari selalu saja sama, bahkan pak dan mak sering memarahiku
Ingin lari, tapi taak sanggup kaki ini melangkah.
Dirumah saja ! kata Pak dan Mak-ku dan kata mereka juga
Ini serasa penjara bagiku ….sehari …dua hari , seminggu…dua minggu bahkan sampai sebulan terasa lama sekali …
Kamu tega banget wahai Covid-19….semua berantakan karenamu..
Akan bertahan atau segera berlalu derita ini sahabatku yang senasib…
Nafasku tertahan sejenak dan kembali aku hirup dalam dalam sambil merenung dan berkata “ Aku harus bisa”
Asa kan kembali hadir,  disaat jiwa ini sudah sampai kepada titik yang sangat rendah akan ketidak berdayaan sebagai makhluk yang tak mungkin hidup sendirian..
Bersamaan dengan terbitnya bintang surraiyyah di bulan kelima ini dari sebelah timur
Aku kembali tersungkur dan terus memanjatkan do’a di  tiap penghujung malam kepada Rabbku…Ya Rabbi ambil kembali makhlukmu yang tak Nampak itu
Demi cintaku padaqMU,  pada teman-tamanku yang lucu, yang juga nakal..
Dan pada guruku yang kadang  juga  marah mendidikku saat kami berulah, yang senantiasa sabar di saat kami tak bisa kerja …
Untuk segera kembali hidup normal seperti biasa, belajar biasa, bermasyarakat dan juga beribadah khusyuk di masjid-masjid yang aku cintai.
Angkat segera wabah covid-19 ini ya Rabbi
Sudah lelah derita ini dan aku salah selama ini tidak pernah belajar dari sakit yang sebenarnya ringan….dengan cuci tangan, dengan menjaga kebersihan dan tetap memakai masker ketika batuk dan pilek …Engkau ajarkan hari ini juga
Aku Pasrah kepadaMU hingga pada saat titik yang sangat rendah
TanpaMu ya Rabb tak akan sanggup kembali bersama mereka

UntukMu ya Rabb baktiku selalu dan dengan tulus aku minta hilangkan segera wabah covid-19 ini, hingga kerinduanku pada sekolahku kembali seperti semula …



tanda

toko buku on line


Masukkan Code ini K1-DB33C3-A
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
Powered By Blogger

Banner