BLOG SOBAT...Siapa lagi mari gabung....

Sabtu, 19 Juni 2010

Menghamba Karena Cinta

Suatu ketika Amin merasa sangat kesepian. Berbulan-bulan lamanya dia tak bertemu sang kekasih tercinta. Aminah namanya.

Pagi hari tiba. Amin mengendap–endap di balik semak dekat rumah Aminah. Toh, Aminah tak pernah lagi duduk di batu sungai itu. Siang hari, Amin terlihat tergopoh–gopoh menyelinap di gubug sawah milik orang tua Aminah. Lagi lagi Aminah tak pernah lagi mengantar rantang makan siang untuk para petani di sawah itu.


Petang hari, Amin kembali munduk-munduk di balik semak dekat rumah Aminah. Tapi toh Aminah tak ada di pancuran air tempat dia biasa mengambil air wudlu. sungai, pematang sawah, pancuran air wudlu, kebun anggur, beranda rumah, toh lagi–lagi Aminah tak ada di sana.

Amin gelisah. Cintanya sirna entah ke mana. Amin meratap. Dia menangis tersedu-sedu. Makanan yang tersedia di meja, tak disentuhnya. Amin benar-benar puasa! Tapi sekali lagi Aminah tak ada di tempat.

Sampai akhirnya, pemuda "gila cinta" ini nekat, mendekat ke rumah Aminah. Di dekapnya dinding kamar Aminah. Di situlah, entah berapa kali lamanya, Amin menyebut kekasihnya; Aminah, Aminah, Aminah.....(konon ada menyebut, 2 tahun, tapi banyak yang mengatakan sepanjang sisa hidupnya, Amin masih terlihat menempel di dinding kamar kekasihnya).

Itulah Amin. Itulah si pemuja cinta. Dia benar-benar mencintai Aminah. Apapun akan dilakukannya demi cintanya kepada Aminah.

Pepatah mengatakan; man ahabba syaeq, katsura dzikruh. Waman ahabba syaeq, fahuwa abduh. Barang siapa mencintai sesuatu, dia akan sering menyebut sesuatu itu. Dan barang siapa mencintai sesuatu, dia pasti akan menjadi hamba sesuatu itu.

Aminah pasti sangat mencintai Amin. Karena itu dia pasti sering menyebutnya. Amin pasti juga mencintai Aminah. Karena itu, dia pasti mau menjadi hamba Aminah.

Lalu saya, panjenengan semua, siapa yang kita cinta? Umat Islam, pada bulan Ramadan yang pada malam hari banyak menyebut dan berdzikir pada pencipta, yang pada siang harinya banyak beristighfar pada Tuhannya, yang mau diwajibkan menahan lapar dahaga, menahan nafsu, menahan tak berkata kotor. Yang dalam tingkah lakunya dilarang menyakiti, apalagi jotos–jotosan sesama kawan, yang di dalam politiknya dilarang bertanding, tapi memperbanyak bersanding, yang di dalam hatinya dilarang ada iri dan dengki, dan sebagainya.

Dan yang ada dalam dirinya tak boleh ada rasa menang sendiri, pasti mereka-mereka itu tergolong para pecinta itu. Pasti mereka–mereka itu mencintai pencipta, karena setiap kali manusia berdzikir kepada–Nya.

Dan pasti! Mereka–mereka itu mencintai Allah Tuhannya. Karena manusia mau menjadi hamba-Nya Mau diperintahkan untuk puasa, menahan nafsu, dan tidak berkata kotor.

Dan yang pasti mereka itu juga mencintai dzat yang memang patut dicintai. Karena mereka-mereka itu mau meninggalkan apa yang dilarang. Mereka tak pernah tinju–tinjuan, mereka juga tak pernah ingin menang-menangan, apalagi menyombongkan diri.

Karena memang mereka itu; mencintai!

Lalu, saya dan panjenengan semua, sudahkan mencintai dzat yang memang patut dicintai? Sudahkah, kita menyayangi dzat yang agung karena sifat sayangnya? Kalau begitu mari kita terus berdzikir kepada-Nya.

Kalau begitu, mari juga kita menjadi hamba-Nya. "Barangsiapa mencintai Allah, dia pasti akan selalu berdzikir asma-Nya. Dan barang siapa mencintai-Nya, maka dia akan menjadi hambanya."

tanda

2 komentar:

  1. Yap setuju. Itulah puncak mahabbah yang sesungguhnya...!

    Salam blogger

    BalasHapus
  2. salam kembali bu Sri ... moga karya-karya sobat terus bisa ku nikmati ...

    BalasHapus

Tolong kasih komentar ya ?

toko buku on line


Masukkan Code ini K1-DB33C3-A
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
Powered By Blogger

Banner