Aku tahu bahwa nafsuku telah mengalahkanku
Aku tak sanggup menaklukkannya
Akupun merasa gembira dengan ketertipuanku
Aku larut dalam kealpaan yang bersembunyi dalam diriku
Aku telah terperdaya oleh kesehatanku
Aku lupa akan penyakit yang mendekati diriku
Aku melihat dengan mata kepalakun sendiri
Akan ranjang-ranjang pembaringan terakhirku
Yang diperlihatkan oleh orang-orang di sekitarku
Aku telah hanyut dalam kelezatan duniaku
Aku lupa akan kehancuran diriku
Aku laksana tiada mendengar kabar yang telah lalu
Tiada pula aku melihat waktu memperlakukan teman-temanku
Aku tidak sadar, bahwa itulah rumah-rumahku yang abadi
Bersama hilangnya kubur-kubur yang diterpa angin menderu.
Aku melihat para penghuni yang tak pernah memasuki rumahnya sendiri
Sebelum mereka dipaksa memasukinya
Bagaimana bisa mataku lelap?
Sedang aku tidak mengetahui kemana aku kembali…..
assalamualaikum...
BalasHapus:)
salam kenal sebelumnya.
puisi yang bagus.
semoga me tidak tertipu ya mas..
syukron atas pencerahnnya lewat puisi diatas.
wa alaikum salam, kenal kembali dimana bisa sharing lagi ya? trima kasih atas kunjungannya....
BalasHapussaudaraku Ibnu Dwi Kustadiyono yg baik,
BalasHapussungguh indah puisi-puisi sampean... menelusup sampai ke relung-relung kalbu...
semoga bisa jd ilmu yg bermanfaat & Multi Level Pahala (MLP) bg kita semua...
begitu dulu, saudaraku... semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
salam,
achmad faisol
http://achmadfaisol.blogspot.com
mudah-mudahan dengan puisi ana juga bisa instropeksi diri ... jazakumullah atas share-nya insya Allah...tetap disatukan dan dilembutkan hati kita semua ..amin
BalasHapus